MALANG, ZonaJatim.net – Dosen ITN Malang, Dr. Ir. Vega Aditama, ST., MT., IPM, berhasil meraih gelar doktor di bidang Teknik Sipil dari Universitas Brawijaya melalui riset inovatif tentang ketahanan impak beton bertulang dengan tambahan serat bambu.
Fokus penelitiannya menjawab persoalan krusial dalam dunia konstruksi: bagaimana struktur bangunan bisa lebih tangguh menghadapi beban impak yang kerap diabaikan dalam desain konvensional.
“Saya percaya riset itu harus menyentuh realitas lapangan, dan beban impak seringkali menjadi penyebab tersembunyinya kerusakan struktural,” ungkap Vega, saat ditemui di Kampus 1 ITN Malang, Selasa (24/06/2025).

Dalam disertasinya yang berjudul “Pengaruh Serat Bambu terhadap Ketahanan Impak Beton Bertulang”, Vega menyoroti dua hal penting.
Yakni potensi bambu sebagai material konstruksi yang ramah lingkungan, serta perlunya memperkuat struktur terhadap gaya impak.
Ia menjelaskan, beban impak dapat terjadi akibat berbagai peristiwa, seperti tumbukan kapal tongkang pada jembatan, tabrakan alat berat di fasilitas industri, hingga efek gempa yang memicu benturan antargedung.
Sayangnya, desain bangunan umumnya hanya mempertimbangkan beban statis, tanpa memperhitungkan kondisi dinamis tersebut.
Dengan pendekatan eksperimen dan simulasi berbasis finite element, Vega melakukan pengujian terhadap beton bertulang yang diberi beban impak menggunakan sistem pendulum.
Menariknya, beberapa sensor penting dalam eksperimen ini – seperti alat pengukur regangan, displacement tanpa kontak, dan akselerasi – merupakan hasil rancangan dan inovasi pribadi Vega.
Salah satunya bahkan telah memperoleh paten, dan alat ultrasonik pengukur jarak yang dikembangkannya mampu merekam data dengan tingkat presisi tinggi.

Untuk material tambahannya, Vega memanfaatkan serat bambu jenis Apus. Bambu ini dikenal fleksibel, mudah dibentuk, melimpah secara lokal, serta memiliki karakteristik ramah lingkungan dan lebih ekonomis dibandingkan serat logam.
“Serat bambu tidak menggantikan tulangan, tetapi berperan melengkapi. Ia membantu menahan retak secara multidireksional dan meningkatkan ketangguhan material,” jelasnya.
Proses aplikasinya pun cukup sederhana. Bambu diproses dengan cara dibelah, diserut, dipotong sepanjang lima sentimeter, lalu direndam dalam larutan alkali sebelum dicampurkan ke dalam beton pracetak.
Pendekatan ini bahkan sudah mulai dilirik oleh pelaku industri yang sebelumnya memproduksi plafon, dan kini mulai mengembangkan beton pracetak berbasis serat bambu.
Penelitian Vega menunjukkan bahwa campuran serat bambu sebanyak 1,25 persen dalam beton mampu mengurangi lendutan maksimum dan secara signifikan meningkatkan daya tahan terhadap impak. Ini menjadi salah satu terobosan penting, karena pengujian beton terhadap beban dinamis seperti ini masih jarang dilakukan di Indonesia.
Dari riset tersebut, Vega berhasil menerbitkan tiga artikel ilmiah terindeks Scopus dan memperoleh satu Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Ia kini tengah mempersiapkan implementasi teknologi beton serat bambu untuk struktur bangunan yang rentan terhadap benturan, seperti jembatan, dermaga, tribun stadion, hingga area parkir bawah tanah.
Bahkan, menurutnya, struktur dua lantai sudah memungkinkan menggunakan beton pracetak dengan serat bambu, dan dapat dikembangkan lebih lanjut untuk bangunan bertingkat, sesuai dengan hasil perhitungan struktur.
Pencapaian gelar Doktor ini, menurut Vega, bukan hanya kebanggaan pribadi, tapi juga bentuk motivasi untuk para mahasiswanya.
“Saya ingin menginspirasi mahasiswa saya di ITN Malang bahwa riset yang kuat itu bukan yang rumit, tapi yang relevan dan berdampak nyata,” tegas lulusan S-1 ITN Malang ini.

Studi doktoralnya mendapat dukungan dari Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) serta subsidi UKT dan jurnal dari ITN Malang.
Menutup perbincangan, Vega menyampaikan pesan reflektif yang mengakar pada profesinya.
“Teknik Sipil bukan hanya soal bangunan yang kokoh, tapi juga tentang kepedulian terhadap keselamatan, keberlanjutan, dan kearifan local,” ujarnya.
Ia berharap bambu sebagai material terbarukan terus dilestarikan, serta teknologi pengujian struktur semakin maju demi efisiensi dan akurasi yang lebih tinggi.











